Thursday, December 6, 2007

Menikmati Wayang di Melbourne

Nonton wayang? Mungkin kalau di Jakarta gak akan kepikiran untuk sengaja nonton wayang. Yang kepikir pasti jauh, macet dan ninggalin anak2. Tapi di Melbourne rasanya jauh lebih mudah kalau mau menikmatinya. Mudah dijangkau dan family friendly. Tentu saja kesempatan nonton wayang di melbourne gak akan sebanyak di Jakarta apalagi di kota2 besar di Jawa tengah dan timur. Eh di Indonesia aja, cuma punya pengalaman sekali untuk nonton wayang secara langsung. Kalo gak salah, dalam rangka tahun baruan. Kita nonton di senayan rombongan sama sodara: mas Rosyid, Mbak Harni, mas Apang dan Erik. Gak terlalu bisa menikmati. Bejubel begitu dan jauh dari panggung. Mana makanannya mahal2 banget, ih ngetok banget deh para pedagang itu. Jadi yang diinget cuma ketika goro2 aja. Selain itu nguantuk tenan. Wong jam 12 malem, terus goro2nya itu jam 4an. Ih gak manusiawi banget deh waktunya. Ditambah lagi karena gak paham banget bahasa Jawa...! (puantes..). Selain nonton wayang yang tidak berkesan baik itu, saya suka juga ngintip acara wayang di TV. Tapi itupun untuk ngerame-ramein rumah kalo pas begadang sendirian dan gak ada acara lain di TV, hehe.

Nah, kali ini nonton di Melbourne lebih bisa menghayati. Duduk manis dari awal sampai akhir (durasinya cuma 2,5 jam, lebih manusiawi gitu) dan gak ngantuk sama sekali karena pake bahasa inggris yang dicampur jawa dan Indonesia. Lakonnya berjudul Srikandi maguru manah (Srikandi belajar memanah), yang mainin kelompok "Indonesian Community Gamelan", dalangnya Helen Pausacker. Saya kagum sama Helen ini. Dia asisten peneliti di Melbourne uni yang bersahaja (kemana-mana selalu bersepeda) dan baik banget. Walau sudah berumur, dia sekarang seriusin studi phd. Saya pernah lihat aksi Helen main gamelan untuk mengiringi tari topeng Cirebonnya Michael Ewing (Dr bidang bahasa yang juga memimpin sebuah group Gamelan di Melbourne uni). Dan --nah ini yang paling seru-- Helen juga jadi semacam badut untuk sesi "goro-goro"nya.

Kembali ke wayang, perasaan senang skali bisa menikmati salah satu seni budaya Indonesia. Eh, apa karena jauh dari kampung halaman perasaan ini ada? Mungkin iya. Jauh dimana dekat dihati.

Nah, sebelum ngasih sedikit cuplikan pertunjukkan wayang di atas, saya mikir2. Apa ya, hubungan antara nonton wayang dengan filantropi? Bisa aja sih, dikaitin tentang pemberdayaan kesenian Indonesia untuk memperkuat civil society. Eh, jauh banget ya? Yang nyambung langsung sih sebenarnya saya jadi volunteer untuk bantu2 pertunjukan ini. hehe.

Udah ah. Lihat aja deh, cuplikannya. "eee' langit kelap kelip bumi gonjang-ganjing...."